Setelah hampir satu jam Riga berdiam diri di café dengan tujuan tidak jelas, akhirnya ia bangkit dari duduknya dengan malas.
“Ini perasaan gue doang atau si anjing tadi ngikutin gue,” gumam Riga sangat kecil sampai hanya dia saja yang bisa mendengarnya.
“Kalau gue balik badan, ini anjing pasti makin ngejar gue. Tapi gue ngeliat orang mulai ghibahin gue.”
Setelah berdiam dan memutuskan, akhirnya Riga berbalik badan. “Tuh kan si anjing beneran ngikutin gue.”
Dengan begitu, Riga iring anjing tersebut untuk kepinggir jalan agar tidak menggangu pejalan atau pesepeda. Dan hebatnya, anjing tersebut mengikuti arahannya.
“Halo puppy, kenapa kamu ngikutin aku?” tanya Riga sambil berlutut. Yang jelas tidak menjawab dengan bahasa manusia, hanya Woof! Woof! Tidak jelas
“Kamu mau ikut aku?” Pertanyaa Riga kali juga hanya mendapatkan woof! pertanda anjing tersebut mengiyakan pertanyaan Riga.
Riga tidak menyemburkan pertanyaan lagi, tapi dia mengangkat kepala untuk melihat toko-toko sekitar. “Tunggu aku sebentar ya anjing.”
Dan si anjing —atau Nordan dalam bentuk lain— hanya bisa menatap sedih Riga. Harapan untuk tertampungnya sudah pupus.
Tapi tidak lama, Riga menghampiri si anjing putih dengan sekantong plastik di tangannya.
“Nah, kamu makan ini aja yaa.” Riga lantas mengeluarkan isinya yang ternyata adalah daging-daging siap masak.
Nordan hanya memandangi Riga yang sedang menyiapkan makannya, tapi apa semua makanan itu akan masuk? Kalau di café tadi Riga memberi yang matang, dan sekarang yang mentah.
“Nah, kamu stay di sini ya, aku pulang dulu. Babai putih!” pamit Riga setelah selesai merapihkan semuanya.
Nordan hanya bisa melihat punggung Riga menjauh, dan semakin mengecil di keramaian. Akhirnya Nordan memilih akan memakan makanan itu lalu mengejar Riga.
Setelah selesai, Nordan lantas meninggalkan tempat makan sementaranya itu lalu mengikuti bau khas Riga. Dia sendiri tidak yakin gimana bisa mengenali bau tersebut, tapi anjing punya indra penciuman yang lebih tajam kan? Di tambah dia sendiri pernah mengunjungi kediaman Riga –tidak usah di tanya bagaimana caranya, dia sendiri engan membahas hal memalukan itu.
Mungkin sekarang hari keberungan Nordan atau Dewi Fortuna sedang berpihaknya, tetapi bersyukur Nordan sampai tepat waktu di mana saat Riga akan membuka pintu apart.
Woof! teriak Nordan yang mengundang atensi semua orang yang berlalu-lalang. Well, malu sedikit tapi itu bukan jadi masalah karena Nordan sekarang sedang menjadi seekor anjing. Yang jadi masalah adalah Riga yang sudah masuk tanpa memperdulikan panggilan.
Berterimakasih lah dengan satpam yang menyadari tatapan mata anjing putih itu jatuh ke punggung Riga, dengan begitu cowok aries tersebut nyadari dan menghampirinya lagi.
“Itu a, anjingnya ngikutin terus.”
“ Oh iya, terima kasih Kang.”
Setelahnya si satpam tersebut mengucapkan sama-sama lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Riga bawa ke pinggir lagi anjing itu.
“Kamu kenapa ngikutin aku?” tanya Riga. “Makanannya kurang atau gimana nih?” Mungkin Riga sudah di pandang gila oleh sekitar karena sedang berbicara panjang lebar kepada seekor anjing.
Nordan tidak menjawab dengan ngong-ngongan lagi, dia hanya memandangi Riga yang berlutut di depannya dengan tatapan sedih minta di kasihani.
“Kamu mau ikut aku?” kali ini Nordan menjawab dengan woof! yang lebih halus dan menggoyangkan ekornya ke kanan ke kiri pertanda senang.
Tapi ekspresi Riga tidak sebahagia Nordan, dia terlihat mengerutkan alisnya –bingung atau sedih, Nordan harap pilihan pertama yang ada di pikiran cowok itu.